Sutiyoso atau Bang Yos, yang sebentar lagi akan mendapat predikat mantan Gubernur DKI selama dua periode itu, mengunjungi mbah Marijan dalam safari politik sebagai ancang-ancang untuk maju dalam bursa calon presiden 2009 nanti. Salah satu pertanyaan yang menyerua adalah, Adakah orang nonor satu di DKI Jakarta itu sedang meniru produsen Kuku Bima Enerji yang berhasil mendongkrak pasarannya setelah menggait juru kunci merapi itu sebagai bintang iklan? Apakah Bang Yos juga sedang melakukan hal sama, menggandeng mbah Marijan untuk bisa mendongkrat popuralitasnya dan simpati dari masyarakat Yogyakarta?
Dalam jagat politik masyarakat Jawa, bisa menggandeng Mbah Marijan artinya sama dengan bisa ‘menundukkan’ kenyakinan politik masyarakat Jogya. Atau sekurang-kurangnya masyarakat yang menjadikan Mbah Marijan sebagai panutan laku dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun tentu saja harus diakui bahwa mbah Marijan bukan faktor tunggal yang bisa mempengaruhi pilihan masyarakat Jogyakarta dalam politik.
Dalam konteks pencalonan Bang Yos, gandeng tangan dengan Mbah Marijan itu bisa mengundang beberapa interpretasi. Pertama, restu dari mbah Marijan. Tentu saja restu dari mbah Marijan memiliki bobot tersendiri sebab oleh komunitasnya, orang seperti mbah Marijan adalah orang memiliki posisi dan peran penting dalam kosmologi masyarakat Jawa.
Kedua, dalam konteks Bang Yos sendiri artinya ia telah berhasil merebut hati mbah Marijan. Kita tahu banyak politisi, dari Gus Dur, SBY dan Sri Sultan Hamengkobuwono sendiri yang gagal menggunakan pengaruhnya untuk meminta mbah Marijan mengungsi saat ada Gunung Merapi active. Dalam konteks yang demikian, maka di mata public, Bang Yos akan dianggap sebagai orang yang mampu ‘menjinakkan’ mbah Marijan.
Ketiga, menggandeng Mbah Marijan sama artinya dengan memotong Sri Sultan. Mbah Marijan, sebagai juru kunci Merapi, pada dasarnya adalah orang-orangnya kraton, orang yang ditasbihkan sebagai juru kunci oleh dan untuk kepentingan kraton Jogyakarta.
****
Untuk menjadi juru kunci, harus mendapatkan pulung atau isyarat dari langit kepada seseorang. Pulung ini pada dasarnya merupakan isyarat dari dzat yang adikodrati yang diberikan kepada seseorang. Dalam kosmologi orang Jawa, orang seperti Mbah Marijan, dianggap memiliki kekuatan lebih dibanding manusia pada jamaknya. Ia dianggap memiliki kemampuan weruh sakdurungu winarah (tahu sebelum kejadian).
Dalam kitab-kitab Jawa disebutkan, juru kunci punya makna; jalmo sulaksono insan kamil. Atau bisa diartikan, orang yang mendapat kekuatan untuk memahami asal mula kehidupan dan makna simbolik spiritual. Ia adalah perantara, mediator, antara dzat yang adikodrati. Sebagai perantara memiliki ia kemampuan menerima pesan supranatural (adikodrati), mampu membaca isyarat-isyarat supranatural, untuk kemudian ditransmisikan kepada manusia.
Jurukunci adalah instrument kraton. Ia dianggkat dan memiliki tugas sebagai penghubung antara makrokosmos dengan mikrokosmos. Penghubung antara dunia gaib dengan dunia nyata, penghubung antara kerajaan langit dengan kerajaan bumi.
Secara demikian, jika kita analisis dengan meminjam kerangkanya Gramschi, maka juru kunci merupakan alat kekuasaan kraton untuk membangun hegemoni terhadap masyarakat. Ia menjadi perangkat cultural yang dengan mudah mengendalikan individu untuk secara suka rela masuk ke dalam perangkat system dan tata nilai yang dibuat, dan dikembangkan oleh kelas penguasa. Ini hanya mungkin dan bisa terjadi, pada masyakakat yang belum terbentuk kesadaran kritis individu (a concrete individual).
****
Dengan pemaparan di atas, mungkin bisa membantu, analisis kita terhadap manuver politik yang dilakukan oleh Bang Yos menuju Pilpres 2009. Kenyakinan masyarakat terhadap jurukunci sebagai jalmo sulaksono insan kamil, manusia yang memiliki kemampuan memahami asal usul dan kehidupan spiritual.
Mengunjungi dan menggandeng Mbah Marijan, akan dimaknai oleh masyarakat sebagai isyarat atau symbol dunia supranatural telah merestui niatannya untuk maju dalam bursa Capres 2009. Sebab kesediaan mbah Marijan oleh masyarakat yang menyakininya, bukan tanpa pertimbangan supranatural. Segala laku, isyarat, dan symbol yang dilakukan mbah Marijan akan ditafsir dan dimaknai oleh pengikutnya.
Atau jangan-jangan analisis ini telalu jauh melihatnya, bisa jadi Bang Yos hanya memanfaatkan popularitas Mbah Marijan, sebagaimana produk minuman Kuku Bima yang menjadikan mbah Marijan sebagai bintang iklan belaka. Apalagi yang diharap selain popularitas agar leading dalam bursa Capres periode mendatang. Adakah Mbah Marijan akan menjadi juru kunci pula bagi naiknya Bang Yos dalam PILPRES 2009 kelak?
Ellyasa KH Darwis
Opini, edisi 71, 8-14 September 2007
Oleh Seno Gumira Ajidarma The short version of this paper first published
as proceedings from 2nd International Conference on Strategic and Global
Studies ...
2 komentar:
Sedikit sumbang pendapat. Karena kebetulan saya orang Jogja, setahu saya Mbah Marijan adalah sosok seorang desa yang lugu; artinya siapa pun yang akan mertamu atau berkunjung kerumahnya pasti akan diterima dengan ramah. Kalau Sutiyoso (bukan Bang Yos lagi, karena sudah bukan Gubernur DKI lagi) menfaatkan Mbah Marijan untuk mendapatkan hati masyarakat Jogja, rasanya juga tidak tepat. Sebab masyarakat Jogja saya rasa lebih kritis dengan masyarakat daerah lain, ini karena didasari Jogja sebagai kota pelajar, banyak perguruan tinggi yang otomatis masyarakat Jogja juga melek politik. Kemudian mengenai Mbah Marijan yang dulu mungkin dianggap balelo / menentang mengungsi, sebenarnya hanya "kesalah pahaman" saja, keadaan yang sekarang ini Mbah Marijan yang juru kunci Gn. Merapi bahkan menunjukan kesetiaannya pada Mgarso nDalem Sultan HB X.
Kembali ke Sutiyoso, saya melihatnya dia syah-syah saja mecari popularitas, tapi anehnya dia malah tidak populer ditanah kelahirannya : Semarang.
Tapi ngomong2, jangan2 Sutiyoso kemarin itu belajar, gimana cara jadi bintang iklan sama Mbah Marijan. Kan dia sekarang pengangguran intelek.
Membangun popularitas itu tidak bisa instan. Membutuhkan kerja-kerja yang sistematis dan serius. Oleh karena itu kedatangan Sutiyoso menemui Mbah Marijan itu bagi saya cuma sensasi belaka, sekali diberitakan sesudah itu lenyap. Jadi tak bakal ada effect apa-apa.
Post a Comment