Menyeru Agar Konsisten

Presiden Susilo Banbang Yudhoyono, dalam Sidang Kabinet diperluas di Gedung Sekretariat Negara, mengingatkan agar semua pembantunya meski di tengah-tengah kegiatan politik menjelang Pemilu 2009, untuk konsisten melaksanakan tugas dan sepenuhnya menjalankan program pemerintah yang sudah ditetapkan tahun 2008-2009. Para menteri dan pejabat pemerintah bekerja lebih giat lagi, terfokus, intensif mengemban tugas, juga responsif terhadap dinamika perkembangan yang muncul dalam masyarakat. Semua program kerja kabinet, agar betul-betul bisa disukseskan.

Seperti sudah diprediksi banyak pengamat, menjelang Pemilu 2009 para menteri yang berasal dari Partai Politik, akan sibuk dengan urusan partai politiknya. Ada beberapa alasan yang dikemukakan para pengamat. Pertama, landasan KIB tidak kuat. Format koalisi dibangun semata-mata hanya kepentingan pragmatis, sesaat dan tidak diberangi dengan persamaan platform dan visi yang sama. Tidak ada kontrak politik yang dibuat secara tertulis, oleh katena itu sangat lentur. Perjalanan selama ini menunjukkan partai-partai pengusung KIB sikap politiknya mengikuti arah angin. Kadang mendukung, kadang menolak.

Kedua, sampai saat ini, tidak ada etika pemerintahan yang menegaskan bahwa ketua partai politik yang duduk di kabinet harus mundur. Oleh karena itu, kecenderungan yang terjadi selama ini, menjelang Pemilu pada saat suhu politik meninggi, semua elemen partai politik tampil ke depan dan mencitrakan diri sebagai pembela kepentingan rakyat pemilih. Tujuannya jelas, agar bisa meraup dukungan suara dalam Pemilu.

Ketiga, dalam aturan kampanye pejabat untuk berkampanye, tidak dibuat peraturan yang tegas. Ini yang kelak akan mendorong anggota Kabinet dalam dilemma, loyal kepada kabinet atau loyak terhadap partai politiknya. Kendaraan yang nota bene-nya telah mengantarkan kepada posisi sekarang. Adanya ketentuan cuti longgar bagi pejabat negara, memberi peluang besar kepada para anggota kabinet yang berasal dari partai untuk sibuk menggalang dukungan untuk partai dan melupakan posisi, peran, tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota kabinet.
***

Sebagai bagian dari partai politik, memang menjadi kewajiban untuk membesar partai politiknya dalam Pemilu 2009. Melakukan aktualisasi diri untuk menggalang dukungan, jelas merupakan hak politik siapapun. Hak yang melekat dan tidak bisa dilarang. Pengalaman selama ini, tunjuk saja pada era presien Habibie, beberapa menteri memilih mundur dari jabatannya semata-mata untuk kepentingan partai politiknya. Hal yang sama juga dilakukan oleh Susilo Bambang Yudhoyono, yang mundur dari kabinet presiden Megawati Sukarnoputri. Langkah memilih mudur, jelas tidak akan mengganggu kinerja kabinet. Itupun harus dilakukan jauh-jauh hari. Apa yang terjadi pada era pemerintahan Megawati Soekarnoputri, beberapa menteri mengundurkan diri tiga bulan menjelang PILPRES 2004. Ketika itu, Kabinet Gotong Royong praktis tidak berjalan efektif di akhir pemerintahan Mega. Pertanyaannya, apakah sekarang ini akan ada anggota kabinet yang mundur menjelang Pemilu 2009? Sampai saat ini memang belum ada gelagat yang bisa dijadikan tengara.

Pada KIB pun sudah bisa dibayangkan. Akan terjadi konflik kepentingan di internal pemerintahan bakal mengemuka dan sulit dibendung. Peta dukungan politik pun mencair. Bukan tak mungkin, beberapa menteri dari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) pun akan mundur, entah karena akan maju dalam pencalonan sebagai calon presiden tahun berikutnya, seperti yang dilakukan Yudhoyono-Kalla di era Megawati Soekarnoputri, atau karena ingin mendukung calon lain.

Dalam konteks perbaikan kinerja kabinet, sesungguhnya sisa waktu kerja yang ada ini, tak mudah bagi pemerintah untuk memperbaiki situasi dan kondisi sekarang.

Mempertahankan keadaan yang ada, bisa jadi bakal merupakan sebuah prestasi yang harus dihargai di akhir tahun 2008 nanti. Itulah sebabnya berbagai catatan akhir tahun berbagai elemen masyarakat mengatakan pesimistis terhadap kinerja pemerintah tahun 2008 ini. Pendek kata, sepanjang tahun 2008 sampai tahun 2009, memang bukan momentum yang baik baik pemerintahan SBY-JK untuk meningkatkan kinerja kabinetnya. Momentum emas untuk mengkonsolidasi dan meningkatkan kinerja kabinet, telah berakhir.

Banyak kalangan yang memprediksi. Perjalanan kabinet ke depan, akan mengalami perubahan-perubahan peta dukungan. Di kabinet ada beberapa ketua umum partai politik dan beberapa lagi kader partai. Pasti mereka akan berjuang untuk partainya untuk Pemilu 2009. Konsolidasi di kabinet itu bakal tak solid lagi. Semua partai tentu ingin jadi pemenang di Pemilu 2009 dan menempatkan kadernya sebagai penguasa.

Situasi paling krucial, dan mungkin pada posisi titik yang paling stagnan barangkali akan terjadi saat pemilihan presiden. Peta kekuatan dukungan terhadap calon presiden, pasti akan mempengaruhi dukungan dan kinerja terhadap KIB. Perbedaan dukungan terhadap calon presiden 2009-2014, pasti akan mempengaruhi soliditas internal pemerintah.

Jelas masing-masing partai politik yang kini duduk dalam kabinet memiliki skenerio politik terkait dengan hubungannya dengan sikap politik menjelang PILPRES 2009. Beberapa partai politik yang kadernya duduk dalam KIB, PAN dan PKB, pagi-pagi sudah mengatakan kinerja KIB tidak memuaskan. Hanya karena untuk kedewasaan berpolitik dan berdemokrasilah duet Yudhoyono-Kalla harus dipertahankan sampai 2009.
---

Momentum emas KIB mungkin telah berakhir. Agak sulit merealisasi keinginan presiden SBY sebagaimana dikemukakan dalam Rapat Paripurna Kabinet yang diperluas. Semua partai, termasuk partai politik yang diakomodasi dalam KIB, tentu kini sudah memiliki skenerio dan agenda-agenda politik sendiri.

Pada akhir masa jabatan KIB, posisi menteri tentu sudah tidak memiliki arti dan posisi strategis lagi. Lebih-lebih bagi partai politik yang memiliki basis suara yang besar, pasti akan lebih konstentrasi untuk kepentingan Pemilu berikutnya dibandingkan dengan era sekarang. Pelajaran penting, lagi-lagi bisa ditarik pada pemerintahan Presiden Megawati. Para menteri yang memiliki basis suara yang besar, tidak dicopot pun para Menteri yang memiliki partai besar pasti akan keluar. Tidak dicopot justru menguntungkan, karena bisa memanfaatkan posisi untuk menantang presidennya. Suatu yang tidak lazim terjadi dalam sistem kabinet presidentil.

Sementara bagi SBY sendiri, inilah era pertaruhan masa depan politiknya. Jika pada akhir-akhir jabatannya berhasil meningkatkan kinerja pemerintahannya, tentu akan menjadi credit point sendiri sebagai modal untuk melenggang ke PILPRES berikutnya. Yang jelas, masa keemasan telah berakhir. Kabinet tentu tidak akan efektif berjalan karena menteri-menteri yang berasal dari partai politik akan berjuang untuk kepentinngan dan membesarkan dukungan partai politiknya.

Jadi memang sama-sama ’berjuang’ untuk kepentingan masa depan politiknya masing-masing. SBY berjuang meningkatkan kinerja kabinet untuk kepentingan PILPRES, sementara menteri-menteri yang berasal dari Parpol berjuang untuk masa depan partainya.


5 komentar:

Anonymous said...

Dengan demikian, sampai Pemilu 2009 merupakan era kritis bagi KIB.Sulit diharapkan perpormanya akan lebih baik dari sekarang.

ipam nugroho said...

sebagai masyarakat awam..dukung pemilu 2009 dengan cara yang bijaksana dan jujur tentunya, agar demokrasi tetap dapat ditegakkan dinegeri ini

admin said...

mampir ... siang

deFranco said...

Lama gak baca kuliah politik pak Ellyasa..hehehe..yap, konsistensi memang sangat diperlukan dalam kehidupan bernegara, tapi mungkin...mungkin lho ya...rakyat sekarang sudah apatis akan konsistensi para wwakilnya di pemerintahan. Lha tiap kampanye pasti berbusa2 bakal begini begitu, namun pas udah "jadi" ya cuma tinggal mengelap busanya aja..hahaha...wacana basi politik di Indonesia..semoga segera lebih baik...amiin

Yunan Pemberdayaan.Com said...

thanks boss,
saya mampirs sejenks
baca-baca
sukses selalu

Network